RIP Bapak | 7 April 1941 – 26 Mei 2014

https://i0.wp.com/mytreehousetreasures.com/wp-content/uploads/2012/05/dad5-1.jpg

Pic from here

Hari ini tepat 40 hari mengenang wafatnya bapak saya tercinta.

Tulisan ini saya buat semata-mata untuk mengenang waktu berpulangnya Bapak sejak dirawat di Rumah Sakit sampai dengan dimakamkan di Solo. Tanpa saya sadari sebelumnya, banyak sekali moment-moment yang berkesan dan menyentuh hati saya dan baru saya rasakan setelah Bapak tiada. Mungkin ini yang dimaksud perjalanan manusia dalam menyambut hari kepulangannya.

Udah lama sebenernya mau nulis ini tapi hati ini belum siap. Sampai tiba waktunya hari ini saya coba ingat2 kembali moment2 paling berkesan dan menyentuh dalam hidup saya.

9 Mei 2014 – 26 Mei 2014

Pada tanggal 9 Mei 2014 sore, ibu saya mengabarkan kalau bapak sakit dan kondisinya drop, padahal hari sebelumnya beliau sehat wal afiat. Kami semua anak2 masih dalam posisi kerja di kantor masing2. Siang hari bapak, ibu dan sepupu saya membawa bapak ke UGD RSPP dan setelah mendapatkan infus, kondisi bapak membaik, sehingga disimpulkan tidak perlu dirawat. Sepulang dari UGD sore harinya, di perjalanan kondisi bapak drop lagi sehingga kami memutuskan supaya bapak dirawat di RSPP.

Berdasarkan hasil tes lab, USG dan cek darah, dokter mendiagnosa bapak terkena infeksi paru2 dimana di dalam paru2nya banyak terdapat slam/riak/dahak. FYI, bapak saya tidak merokok dan sampai hari terakhir sebelum masuk UGD masih rajin olahraga angkat beban dan sepeda statis.

Bapak memang sudah lama mengidap penyakit Jantung dan sudah beberapa kali operasi pemasangan ring hingga total mencapai 7 buah. Bapak pernah mengalami sakit syaraf kejepit yang mengakibatkan kaki kirinya lemah, sehingga perlu bantuan tongkat untuk berjalan atau bila dalam kondisi yang sangat lemah perlu bantuan kursi roda. Bapak juga mempunyai autoimun atau kelebihan daya tahan tubuh yang dapat menyerang tubuhnya sendiri. Sudah pernah 2 kali cuci plasma untuk mem’bersih’kan darah di dalam tubuhnya dari serangan autoimun tersebut. Tiga penyakit yang diderita bapak memang cukup berat, belum lagi ditambah sakit2 lainnya seperti kolesterol, katarak, maag, dan lainnya.

Selama dirawat di RSPP, kondisi bapak ups and down day by day.

Di saat sedang “sehat”, bapak mau makan banyak, baik makanan dari RS maupun yg kami bawa dari rumah. tidak bisa makan sendiri karena tangannya lemah, jadi disuapin. Menunya macem2: bubur dan lauk yang dilembutkan, bubur sumsum, stup macaroni,  beef steak dan mashed potato bahkan pernah suatu kali makan sendiri 1 buah tempe bacem dengan lahapnya. Kalau lagi males makan, yaa paling cuma masuk 1 s/d 4 sdm. Tapi kalau lagi laper berat bisa habis separo piring bubur.

Bapak suka cerita macem2 walaupun agak pelo. Semua tamu yang datang menjenguk pasti ngajakin ngobrol dan bapak berusaha merespon walaupun suaranya lemah dan pelan. Pernah suatu kali di saat sedang “sehat-sehat”nya, bapak memanggil mandor tukang yang sedang merenovasi rumah bapak dan memberi instruksi. Walaupun tidak bisa bicara dengan jelas, melalui gambar dan tulisan yang dibuat mandor, mereka berdua dapat berdiskusi tentang pekerjaan yang sedang diselesaikan. Ini membuktikan bahwa semangat untuk berpikir masih tinggi.

Bapak walaupun mengidap berbagai macam penyakit tapi semangatnya cukup tinggi. Pernah suatu kali kami semua dimarahi oleh bapak karena bapak merasa bosan di RS, merasa sudah sehat dan mau pulang ke rumah. Pernah juga saya dan mas D terkecoh oleh bapak. Waktu bapak bangun dari tidur, tiba2 bapak minta tongkat/kursi rodanya karena mau jalan ke toilet untuk BAK. Kami berdua bingung karena bapak sudah dipasangkan kateter sehingga nggak perlu ke toilet kalau mau BAK. Saat ditawarkan kursi roda dari RS nggak mau karena kondisinya sudah jelek. dalam kondisi bingung, akhirnya kami berdua beserta suster bopong bapak ke kursi dulu. Setelah duduk, bapak baru sadar bahwa bapak ada di RS. Ternyata bapak sedang mimpi tidur di rumah dan seperti biasanya, kalau mau BAK bakal jalan ke toilet di dalam kamarnya sendiri. Kami bertiga akhirnya ketawa atas kejadian itu. *fiiiuuuuh, what a day*

Di saat kondisi drop, bapak seharian tidur terus dan nggak mau makan, even minum air putih sangat  susah. Walaupun seringkali tidak merespon, tetapi sebenernya beliau mendengar perkataan dari kami.

Ibu dan kami anak2nya menunggu siang dan malam secara bergantian. Biasanya adik saya yang laki dan mas D bergantian menginap di RS. Saya biasanya jaga setelah pulang kantor atau pernah suatu kali ijin cuti untuk menjaga siang hari bersama Ibu dan saat weekend pernah juga menginap berdua mas D.

Baron gimana? Baron di rumah sama mbak sut. Terus terang quality time sama Baron sangat minim sekali karena biasanya saya sampai di rumah sudah malam sekitar jam 1 -2 pagi, sementara jam 6 pagi sudah berangkat lagi ke kantor. Sampai pernah terjadi Separation Anxiety tahap 2 dimana Baron lebih milih tidur dengan mbak sut daripada dengan saya. Saya cuma bisa ikhlas aja, toh nanti juga akan berlalu.

Banyak sekali teman bapak, ibu, saya dan adik2 saya yang datang menjenguk, memberikan support jasmani dan rohani serta doa untuk kesembuhan bapak. Iyes, bapak saya itu banyak sekali temannya, sangat supel, suka berdiskusi dan pintar bergaul. Beliau aktif ikut dalam komunitas menyanyi, berdansa dan kegiatan sosial lainnya, sehingga banyak temannya yang kangen mendengar beliau menyanyi dengan suaranya yang merdu.

Pernah suatu waktu saya cerita sama Baron kalau eyang kakungnya lagi sakit dan Baron pun spontan berkomentar “eyang kakung akit, amin (Jamin nama supir) setin obil uwan (ambulan), kakak jadi oteng (Dokter), ibuk jadi oteng, bapak jadi oteng”. Komentar tersebut saya sampaikan ke bapak dan setiap saudara atau temannya datang menjenguk dengan bangganya bapak menceritakan komentar Baron tersebut ke teman dan saudaranya. *mewek* 😦

Dokter yang menangani bapak ada 4 yaitu dokter internis sebagai ketua tim, dokter yang mengurusi autoimun, dokter jantung dan dokter jaga. Mereka secara bergantian mengontrol kondisi kesehatan bapak dan memberikan berbagai macam obat2an untuk kesembuhan bapak. Mengingat bapak punya autoimun, sehingga pemberian obat2an harus ekstra care, karena obat inti untuk menyembuhkan radang parunya akan menimbulkan kenaikan pada gula darah. Nah, di saat gula darah yang naik (pernah sampai diatas 400  mg/dl dimana kondisi normal 70-110 mg/dl ) tersebut lah yang menyebabkan kondisi bapak drop, bawaannya tidur terus dan nggak bisa respon apa2.

Singkat cerita, di hari Minggu 25 Mei 2014, kondisi bapak sangat drop, sama sekali nggak bisa merespon baik untuk bicara maupun makan, padahal sebelumnya tim dokter memberikan sinyal baik atas kesembuhan bapak. Slam/riak/dahaknya mulai menipis. Akhirnya diputuskan untuk dirawat di ICU. Selama di ICU, kami cuma bisa berdoa dan terus mendampingi di sisi bapak.

Senin, 26 Mei 2014, saya ijin cuti untuk mendampingi bapak di ICU. Pagi hari saya, mas D, ibu, adik2, saudara2 dan teman2 bapak terus mendampingi bapak. Makin siang kondisi bapak makin kritis dan sempat diberi pertolongan alat pacu jantung. Saat itu bener2 jadi moment paling galau yang pernah saya rasakan seumur hidup ini. Saya sampai bingung dengan doa saya sendiri.

Di saat itu untuk pertama kalinya saya pegang erat tangan bapak, saya cium tangan bapak, saya berikan kehangatan telapak tangan bapak yang mulai mendingin, Di saat itu untuk pertama kalinya saya elus-elus rambut bapak, saya usap-usap kening bapak dan saya usap2 pipinya mulai dari masih berkeringat sampai perlahan mendingin dan mulai kaku.Ya Allah gusti, kemana aja saya selama ini bukti bakti anak kepada orang tua?!?!?!

Saya usap keningnya sambil mengucapkan doa. Doa apa saja! Doa orang yang dilanda kegalauan nggak tau musti gimana selain Ikhlas Lillahi Ta’ala. Doa untuk mendapatkan mukjizat dan ridho Allah SWT. Di satu sisi saya juga harus menjaga kesehatan ibu saya yang terus menerus membacakan doa di telinga bapak.

Terdengar sayup2 ibu saya membaca doa2 dan meminta bapak untuk ikhlas dan tetap semangat. Mengingatkan kembali apa2 yang telah dicapai di dunia ini, bahwa apa yang nantinya akan ditinggalkan semuanya telah berhasil dengan baik sesuai yang direncanakan. Ibu masih kondisi sehat, anak2 semua sudah ‘sukses’ dan Insya Allah jadi anak sholeh. Semua sayang sama bapak. Terbukti semua keluarga, kakak dan adik2 bapak berkumpul juga mendampingi di ICU. Tidak terkecuali. Subhanallah.

Saya jadi teringat kata guru ngaji ibu saya, Ustadz Memet pernah berkata 80% kesembuhan adalah Doa. Jadi hanya doa yang bisa saya berikan untuk kesembuhan bapak.

Sampai pada waktunya sekitar pk. 11.20, setelah 3 kali dicoba alat pacu jantung, dan dicek denyut nadinya, dokter menyampaikan bahwa bapak sudah pergi untuk selamanya.

Innalillahi Wa Inna Illahi Roji’un.

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadaNYA kami kembali”

Telah berpulang ke rahmatullah suami, bapak dan eyang kakung kami tercinta

H.Ir. Slameto bin Krijodinomo

7 April 1941 – 26 Mei 2014

Ya Allah

Ampuni dosanya, limpahkan rahmat kepadanya, hapuskan kesalahannya, maafkan kekeliruannya,

muliakan tempatnya, terima Iman Islamnya, lapangkan pintu surga baginya

Aamiin Ya Rabbal Alamin

 

Almarhum disemayamkan di rumah dan rencananya akan dimakamkan di Solo keesokan harinya. Sejak dari Rumah Sakit sampai dengan malam hari di rumah, banyak sekali tamu berdatangan menyampaikan bela sungkawa.

Di saat saya sedang merenung menemani tamu2 dan mendampingi ibu saya, tiba2 jleb!! saya tersadarkan atas situasi yang terjadi saat itu. Subhanallah, suasana yang saya rasakan malam itu jauh dari kesan berkabung. Ya Allah, mungkin inikah yang telah dipersiapkan selama ini oleh bapak untuk menyambut kedatangan tamu2 ke rumahnya. Dan mungkinkah tanda-tanda kepulangan bapak ke rahmatullah telah diperlihatkan kepada kami tanpa kami sadari sebelumnya.

  • Seperti yang sempat saya ceritakan sebelumnya, bapak itu temennya banyak sekali dan senang bersilahturahmi. Bapak sering mengundang temannya di rumah untuk latihan menyanyi. Bagi saya, malam itu merupakan malam ter-ramai dan ter-meriah yang pernah diadakan di rumah. Tamu terbanyak melebihi tamu yang hadir saat acara akad nikah saya 6 tahun yang lalu. Nggak ada habisnya silih berganti berdatangan sampai dini hari. Pun dengan kiriman bunga tanda belasungkawa yang begitu banyaknya.
  • Bapak adalah sarjana sipil yang suka sekali dengan rumah dan pernak perniknya, tanaman dan memelihara berbagai jenis ayam dan burung. Saat itu rumah bapak masih dalam proses renovasi untuk mengganti suasana untuk menyambut Lebaran dan sudah 90% jadi. Mulai dari ganti cat tembok, cuci lampu kristal, beli jam dingdong antik, mengganti bath tub kamar mandi utama (yang sudah 17 tahun nggak pernah dipakai) dengan shower supaya nantinya lebih mudah dipakai mandi, menambah ornamen ukiran jati di tiang ruang tamu dan tembok kamar mandi tamu, dll. Sebagian pekerjaan masih dalam proses dan bapak belum bisa menikmati hasil akhirnya.  With all that beauty, he’s ready to welcome all the guest to enjoy his artwork and mission accomplished that day. Yes, bapak itu sangat bangga sekali dengan rumahnya. Semoga bapak bisa menikmati keindahan hasil karyanya di ‘rumah baru’nya.
  • Saya tiba-tiba teringat di saat bapak masih dirawat di RS, kalau nggak salah di minggu ke-2, bapak minta dipanggilkan akupunktur langganan bapak yang juga pintar melihat makhluk ghaib. Malam sebelumnya, bapak merasa ada yang “mengganggu” dan minta pak ustadz untuk mengusir gangguan tersebut, dan pak ustadz pun datang dan menginap semalam untuk menjaga bapak supaya tidak ada yang “mengganggu” lagi.  Disitu saya berpikir, jangan2 sebenernya “gangguan” itu adalah malaikat yang sudah siap menjemput bapak untuk kembali ke haribaanNYA. Lillahi Ta’ala *merinding nulisnya*
  • Tepat 3 hari sebelum kepulangan bapak, Ustadz Memet menjenguk bapak untuk kedua kalinya. Pada saat pamit pulang, Ustadz memet mencium telapak tangan sebanyak 3 kali. Pada saat itu, ibu udah tanya ke saya “Ta, kok pak Memet nyium tangan bapak sampai 3 kali ya, nggak biasanya?”. Saya saat itu nggak punya firasat apa2 dan berpikir kalau pak Memet menyampaikan rasa hormat ke bapak aja. Waktu acara tahlil 7 hari yang dipimpin pak Memet, beliau baru bilang kalau saat beliau cium tangan bapak itu, beliau sudah tahu bahwa bapak akan berpulang dalam waktu dekat dengan melihat matanya, tapi pak Memet nggak berani bilang ke kami karena nggak baik mendahului takdir Allah.

Allahualam..

Saya sendiri di hari itu sempat ngebatin yang saya sesali berusaha abaikan kenapa kok sampai bisa ngebatin kayak gitu. Pagi2 disaat lagi siap2 mau berangkat ke ICU, dan dalam kondisi yang lagi capek2nya (well, semua keluarga juga capek) dalam hati saya sempat berpikir “Ya Allah, kapan ya ini selesai?”. Ngebatin dalam hati tidak lain untuk mengharapkan kesembuhan bapak supaya bisa berkumpul lagi bersama keluarga di rumah tapi ternyata Allah berkehendak lain. Dan saat mau milih baju, saya udah sempet ambil celana hitam, kaos garis2 hitam putih dan kerudung hitam, tapi saya trus mikir “kok kayak baju mau berkabung?” dan akhirnya saya pilih celana jeans biru, kaos putih dan kerudung biru. Apakah ini yang namanya firasat?

Allahualam..

———–> TO BE CONTINUED

 

 

 

 

 

 

20 thoughts on “RIP Bapak | 7 April 1941 – 26 Mei 2014

  1. Hi Mba, aku pernah mengalami hal sama dengan Mba. Ayahku dari tadinya hangat jadi dingin di ruang ICU. Berlinang air mata baca tulisan ini, semoga Bapak Mba dilapangkan jalannya dan diberikan semua kebaikan Akhirat. Amin YRA.

    Like

  2. D says:

    Turut berduka cita ya bu…
    Aku bacanya jadi nangis karena barusan adekku watsap minta kami pulang lebaran. Kondisi bapak kliatan mnurun dan ga sperti biasanya. Apapun itu, pasti rencana Allah adalah yg terbaik ya… Peluk dr jauh

    Like

  3. Sekali lagi turut berduka cita dari kita berdua ya mak…bacanya ikutan nyesek, semoga duka cita mu diganti penghiburan yang luar biasa dari Maha Kuasa…Hang on there, masih ada nyokap yg harus dijaga 🙂

    Like

Leave a comment