Polisi Bahasa Indonesia

image

Beberapa minggu yang lalu, waktu lagi ngobrol sama mas B, saya cukup kaget ketika saya tanya sesuatu yang biasanya dijawab dengan sebutan namanya “B” atau “aku” tiba-tiba mas B jawabnya “saya“. Setelah kejadian ngobrol itu selalu ngomongnya dengan kata “saya“.

I: “hayoo siapa yang brantakin mainan niiih?”
B: “saya”

“ebook, saya mau ke kamar mandi”
“Bapak, temenin saya main yuk”
“Saya tidak mau makan itu, saya tidak suka”

Ada yang aneh lagi nggak selain kata “saya“? Iyesss, “tidak suka, tidak mau“. Hare gene, aneh ya denger anak kecil 5 tahun pakai bahasa Indonesia yang baku seperti kata “tidak” instead of “nggak” tapi ya begitulah yang diajarin di sekolahnya mas B. Bahasa Indonesia baku. Nggak setiap saat tapi lumayan sering terucap juga.

Manggil adiknya pun harfiah pake huruf i “adik” bukan “adek” seperti yang sering kita ucap.

Kalau dulu penekanan pake kata gede “amat” juga berubah jadi gede “sekali” malah kadang juga “besar sekali”.

Selain penggunaan bahasa Indonesia, nilai sopan santun juga uda diterapin di kehidupan sehari-hari mas B misalnya penggunaan kata “terima kasih, sama-sama, salam dan maaf”. Lucu deh kalau denger mas B nyebutin kata “terima kasih” dengan begitu polos dan tulusnya “terima kasih ibu” atau “terima kasih mbak”. Dan kalau dari kita ada yang kelupaan ngomong “terima kasih” atau menjawab dengan “sama-sama” pasti selalu diingetin sama mas B “ibu, kalau B bilang terima kasih harusnya ibu bilang sama-sama gitu donk”

Hal lain lagi adalah kalau kita ada salah mengucap kata yang nggak bener pasti mas B bilang “dosa”. Hahahaha.. apalah dia tau arti dosa. Jadi nih, misalnya ncus lagi nonton sinetron trus tiba-tiba nyeletuk “wah, dasar botak” spontan mas B bilang “ih busut (sebutan terbaru buat ncusnya) dosa bilang gitu (maksudnya bilang botak)”. Dan kalau saya coba konfirmasi “emang busut bilang apa”, mas B pasti jawabnya nggak berani mengulang kata yang salah itu tadi (dhi kata botak). Tapi pun kalau terpaksanya harus disebut mas B jawab ” itu tadi busut bilang botak kan nggak boleh, dosa”. Intinya yang nyebut busut bukan dari dia. Eeerrr…

Atau misalnya saya bilang kata “jelek“, mas B pasti langsung koreksi “ibu tidak boleh bilang jelek, dosa. Ibu bilangnya nggak bagus gitu”. Jadi sekarang harus lebih hati-hati ngomong yang nadanya agak negatif, harus pinter mencari kata lain yang konotasinya positif dan ditambah kata nggak didepannya. Misalnya jelek jadi nggak bagus, botak jadi nggak ada rambut, salah jadi nggak bener dsb. Kalau enggak yaa nanti dicap “dosa” sama mas B. Hahahaha… ampun bos.

Jadi ada polisi bahasa Indonesia deh di rumah…..

9 thoughts on “Polisi Bahasa Indonesia

Leave a comment